I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Semangka merupakan
tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris
disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika,
kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan,
Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan
(Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang
ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya
menjadi cepat.
1.2. Sentra Penanaman
Semangka banyak
dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara
sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah (D.I.
Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat
(Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung,
dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.
1.3. Jenis Tanaman
Terdapat puluhan
varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya beberapa jenis yang
diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang cocok dibudidayakan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan,
Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor
(dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka
tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya: benih Yamato,
Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
1.4. Manfaat Tanaman
Tanaman semangka
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang
memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Semangka yang
dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan rasa tawar,
bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai
masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar
seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Secara teoritis
curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan.
b. Seluruh areal
pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
c. Tanaman semangka
akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu ± 25
derajat C (siang hari).
d. Suhu udara yang
ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang
berkisar 20-30 mm.
e. Kelembaban udara
cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering
yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka,
sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang
berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong
tumbuhnya jamur perusak tanaman.
2.2. Media Tanam
a. Kondisi tanah yang
cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan
organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
b. Keasaman tanah (pH)
yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan
pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut. c.
Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga
mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air
kurang baik untuk ditanami semangka.
2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang
ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya
semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah
100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan
Benih
Pemilihan jenis benih
semangka yang disemaikan adalah: Hibrida import, terutama benih jenis Triploid
(non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat keras dan jenis Haploid
(berbiji).
3.1.2. Penyiapan Benih
Jenis benih Hibrida
impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat bantu untuk
menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji tersebut sulit
untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kuku yang mempunyai
bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat kecil yang
mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai karena bijinya
tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.
3.1.3. Teknik
Penyemaian Benih
Teknik penyemaian benih
semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : a. Perenggangan bibit biji
semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses pertumbuhannya;
b. Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1
liter air hangat suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael,
Abitonik); 1 sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil
75 WP, Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah
direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi
dan bibit siap dikecambahkan.
3.1.4. Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Kantong-kantong persemaian
diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga
tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan serupa rumah kaca mini dan
untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiran yang terbuka. Pemupukan
dilakukan lewat daun untuk memacu perkembangan bibit dicampur dengan obat,
dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih
dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Setelah pengecambahan
dilakukan penyemaian bibit menggunakan kantong-kantong plastik berukuran : 12
cm x (0,2 - 0,3 )mm. Satu kantong ditanam satu benih (sudut kantong dipotong
secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisi campuran tanah dengan pupuk
organik komposisi: 1 bagian tanah kebun, 1 bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk
kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun
2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.
3.2. Pengolahan Media
Tanam
3.2.1. Persiapan
Bila areal bekas kebun,
perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas
persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul,
kemudian diteliti pH tanahnya.
3.2.2. Pembukaan Lahan
Lahan yang ditanami
dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi
bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekas batang/jaringan perakaran
tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan juga segala jenis batuan yang
ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan tanaman semangka yang
akan ditanam di areal tersebut.
3.2.3. Pembentukan
Bedengan
Tanaman semangka
membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam tanah mudah mengalir
keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Jumlah bedengan tergantung jumlah
baris tanam yang dikehendaki oleh si penanam (bentuk bedengan baris tanaman
ganda, bedengan melintang pada areal penanaman). Lebar bedengan 7-8 meter,
tergantung tebal tipis dan tinggi bedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).
3.2.4. Pengapuran
Dilakukan dengan
pemberian jenis kapur pertanian yang me-ngandung unsur Calsium (Ca) dan
Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun
dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapur Karbonat/kapur
dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg
dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6
dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
3.2.5. Pemupukan
Pupuk yang dipakai
adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk
kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang
sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah
yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/ bedengan. Caranya, ditaburkan
disekeliling baris bedengan secara merata. Pupuk tersebut terdiri atas: (a)
Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari
pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn)
Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek
seperti Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama
penggerek batang.
3.2.6. Lain-lain
Tahap penghalusan dan
perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat penanaman semangka
dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah pada
bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk
perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi
jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm
agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar. Pemakaian plastik lebih
menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2
- 3 kali periode penanaman). Plastik sisa yang berwarna perak yang memantulkan
sinar matahari dan secara tidak langsung membantu tanaman banyak mendapat sinar
matahari untuk pertumbuhannya.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola
Tanaman
Tanaman semangka
merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.
3.3.2. Pembuatan Lubang
Tanaman
Penanaman bibit
semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur 14 hari dan telah
tumbuh daun ± 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan
pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm.
Persiapan pelubangan
lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah ke darat. Berjarak
20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 80-100
cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan tertutup dengan plastik mulsa,
maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi
lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang.
3.3.3. Cara Penanaman
Setelah dilakukan
pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap menerima
penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan
dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanam dilakukan
perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada.
Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit disertai
campuran larutan obat obatan. Susunan obat terdiri dari: 1 sendok teh hormon
Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres bakterisida tepung, 1
sendok teh peres fungisida serbuk/tepung (Berlate, dithane M-45, Daconiel).
Urutan penanaman adalah
sebagai berikut:
a. Kantong plastik
diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.
b. Tanam dengan tanah
posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan
c. Celah-celah lubang
ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
d. Lubang tanaman yang
tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit menyatu
dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan
Penyulaman
Tanaman semangka yang
berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati
dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit
cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas daun
dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar matahari yang
membantu perkembangan tanaman.
3.4.2. Penyiangan
Tanaman semangka cukup
mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak.
Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada
ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2
helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena
mengganggu pertumbuhan buah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar
semua daun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar
merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.
3.4.3. Pembubunan
Lahan penanaman
semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerap makanan secara maksimal
dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.
3.4.4. Perempalan
Dilakukan melalui
penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena
mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang. Perempelan
dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebat akibat banyak tunas-tunas
muda yang kurang bermanfaat.
3.4.5. Pemupukan
Pemberian pupuk organik
pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan
susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative
diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada fase pembentukan buah dan pemasakan
diperlukan pemupukan Topsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.
Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisida yang
disemprotkan bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai
berikut:
a. Pupuk daun diberikan
pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
b. Pupuk buah diberikan
pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;
c. ZA dan NPK (perbandingan
1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml, 25 hari setelah tanam
sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanam sebanyak 400 ml.
3.4.6. Pengairan dan
Penyiraman
Sistim irigasi yang
digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara
bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan volume
pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman
dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat.
Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air.
3.4.7. Waktu
Penyemprotan Pestisida
Selain pupuk daun,
insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zat perangsang tumbuhan);
bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc,
Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-17 liter pelarut.
Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20 hari di
lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari. Penyemprotan
dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan menggunakan
mesin bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar. Penyemprotan dilakukan
pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.
3.4.8. Pemeliharaan
Lain
Seleksi calon buah
merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas yang baik (berat
buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman), calon buah
yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur tanaman relatif muda (ukuran
sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan tidak cacat). Setiap tanaman
diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Setiap calon buah ± 2 kg
sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan
terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan harga jual
buah itu sendiri.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
Hama tanaman semangka
dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap
peptisida.
Hama yang tidak tahan
terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya berwarna hijau
pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang biak. Gejala
yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian
dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-obatan. Hama kedua adalah
hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binat�
ang piaraan (kucing,
anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan
pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang menghasilkan
bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.
a. Thrips
Berukuran kecil
ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara
penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian:
menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
b. Ulat perusak daun
Berwarna hijau dengan
garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai
tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.
Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
c. Tungau
Binatang kecil berwarna
merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman,
membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring
sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat.
Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.
d. Ulat tanah
Berwarna hitam
berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan
bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat
dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak
pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan
sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan
obat-obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
e. Kutu putih dan Lalat
buah
Ciri-ciri mempunyai
sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai
belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti
tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar.
Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi (membersihkan lingkungan terutama
pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara
kimiawi : dengan obat-obatan.
3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab:
lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab).
Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun
akan. Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan
menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami, atau
menanam benih yang sudah direndam obat; (2) secara kimiawi dilakukan
penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
b. Bercak daun
Penyebab: spora bibit
penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun
terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering
dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian:
(1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium; (2) tanaman
disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4
gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis
2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
c. Antraknosa
Penyebab: seperti
penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang
akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,
tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas.
Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia sepeti pengendalian penyakit layu
fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
d. Busuk semai
Menyerang pada benih
yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan
rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP
dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.
e. Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri
patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai
dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik
selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu
siang hari tidak berawan/hujan.
f. Karat daun
Penyebab: virus yang
terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun
melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul
rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu
fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga tanaman yang terlanjur
terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
3.5.3. Gulma
Selain gangguan oleh
hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang
kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma
(tanaman pengganggu).
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur
Panen
Umur panen setelah 70-100
hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan
batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa
panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun
jenis buah berbiji).
3.6.2. Cara Panen
Dalam pemetikan buah
yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan
sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam
penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah
semangka dilakukan beserta tangkainya.
3.6.3. Periode Panen
Panen dilakukan dalam
beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapat dipanen secara sekaligus,
tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali. Pertama dipetik
buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanya sekaligus.
Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidak dapat
berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.
3.6.4. Prakiraan
Produksi
Hasil produksi dari
masing-masing pohon semangka perlu diadakan pembatasan hasil buahnya, sehingga
dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara wajar, jumlah buah berkisar
antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon dan 2 buah pada batang
utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen
sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi
kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu
buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi
mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air yang sempurna.
3.7.2. Penyortiran dan
Penggolongan
Penggolongan ini
biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan
penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
a) Kelas A: berat ³ 4
kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
b) Kelas B: berat ± 2-4
kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
c) Kelas C: berat <
2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan buah
semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan
sebagai berikut:
a. Penyimpanan pada
suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%;
b. Penyimpanan pada
atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2 dengan
asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi
proses respirasi;
c. Penyimpanan dalam
ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara
memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5
lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
3.7.4. Pengemasan dan
Pengangkutan
Di dalam mempertahankan
mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir dilakukan
pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar dan hati-hati.
a). Menggunakan tempat
buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.
b). Melindungi buah
saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.
c). Dibubuhi label pada
peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.
3.7.5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan
salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur
pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat
dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui
sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan
(seperti produsen, pengumpul, pengecer).
0 komentar: