I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Pisang adalah tanaman
buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dinamakan gedang.
1.2. Sentra Penanaman
Hampir di setiap tempat
dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa
Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui
dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian
Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke
Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika
Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani
tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi
menjadi tiga:
a. Pisang yang dimakan
buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut
juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish,
barangan dan mas.
b. Pisang yang dimakan
setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M.
paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
c. Pisang berbiji yaitu
M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan
klutuk.
d. Pisang yang diambil
seratnya misalnya pisang manila (abaca).
1.4. Manfaat Tanaman
Pisang adalah buah yang
sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat.
Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit
pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol
dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan
trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca
diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah
dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia
(domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air
umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus
besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan
penawar racun.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Iklim tropis basah,
lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih
dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap
tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak
dapat diharapkan.
b. Angin dengan
kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
c. Curah hujan optimal
adalah 1.520-3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus
diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
2.2. Media Tanam
a. Pisang dapat tumbuh
di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus
makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu
tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari
dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di
daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang
telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah
harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam
0,07%.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran
akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran
rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk
tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
III. PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak
dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
3.1.1. Persyaratan
Bibit
Tinggi anakan yang
dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan
diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh
terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua
jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah
mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak.
Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang,
helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
3.1.2. Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari
daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit
ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk
dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah
tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
3.1.3. Sanitasi Bibit
Sebelum Ditanam
Untuk menghindari
penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai
berikut:
a) Setelah dipotong,
bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di
tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang
daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit
sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5-1% selama 10 menit. Lalu bibit
dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada
insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam
sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
3.2. Pengolahan Media
Tanam
3.2.2. Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus
mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri
pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial.
Untuk membuka lahan
perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan
tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran
air.
3.2.3. Pembentukan
Sengkedan
Bagian tanah yang
miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat
kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan
jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas
sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga
penahan angin.
3.2.4. Pembuatan
Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus
dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas
landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan
saluran itu sendiri.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola
Tanaman
Jarak tanam tanaman
pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola
tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang
sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan
pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama
dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat,
pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.
3.3.2. Pembuatan Lubang
Tanam
Ukuran lubang adalah 50
x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk
tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m
untuk tanah berat.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dilakukan
menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk
organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik
sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
3.4.1. Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil
yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan
sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing
berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti
dengan tanaman yang baru.
3.4.2. Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar
pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik.
Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh
tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa
perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga
penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3.4.3. Perempalan
Daun-daun yang mulai
mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga.
Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
3.4.4. Pemupukan
Pisang sangat
memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207
kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber
kalsium.
Pupuk N diberikan dua
kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun
tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan
kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).
3.4.5. Pengairan dan
Penyiraman
Pisang akan tumbuh
subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi
dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara
barisan tanaman pisang.
3.4.7. Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun
pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk
mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus
menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau
tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
3.4.8. Pemeliharaan
Buah
Jantung pisang yang
telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan
buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang
dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan
ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5
cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di
atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah.
Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman
disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat daun (Erienota
thrax.)
Bagian yang diserang
adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g dan sobek hingga tulang
daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat
dicoba dengan insektisida Malathion.
b. Uret kumbang
(Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang
adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak
daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang,
bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah
disucihamakan.
c. Nematoda
(Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang
adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik
kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah
disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung
kecil.
d. Ulat bunga dan buah
(Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang
adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis.
Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan
menggunakan insektisida.
3.5.2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas
celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian
dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian:
dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
b. Panama
Penyebab: jamur
Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan
putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah
membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan
membakar tanaman yang sakit.
c. Bintik daun
Penyebab: jamur
Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo
matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung
Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
d. Layu
Penyebab: bakteri
Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.�
Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian:
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
e. Daun pucuk
Penyebab: virus dengan
perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun
pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian:
cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3.5.3. Gulma
Tidak lama setelah
tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang
harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
a. Penggunaan herbisida
seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
b. Menanam tanaman
penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang
hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
c. Menutup tanah dengan
plastik polietilen.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur
Panen
Pada umur 1 tahun
rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk
buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur
untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai
hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang
diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak
terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih
tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
3.6.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen
bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari
pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong
tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas
potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang
terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang
pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia
tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
3.6.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang
yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan
jumlah tanaman produktif.
3.6.4. Perkiraan
Produksi
Belum ada standard
produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun
hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil
(10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus
mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
3.7. Pascapanen
Secara konvensional
tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan
diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup.
Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya
kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan
menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi
terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah
pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
0 komentar: