I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Jambu mete merupakan
tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini
dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke
daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar,
Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara
sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara
pemasok utama jambu mete dunia.
Jambu mete tersebar di
seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu
erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki
jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali
jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
1.2. Sentra Penanaman
Tanaman jambu mete
banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan,
Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul,
Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali
(Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo,
Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa
Besar, Dompu, dan Bima).
1.3. Jenis Tanaman
Jambu mete mempunyai
puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda,
kuning, hijau kekuningan dan hijau.
1.4. Manfaat Tanaman
Tanaman jambu mete
merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang,
daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk
makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk
olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah
kalengan, dan jem jambu mete.
Kulit kayu jambu mete
mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut
berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan
pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga
berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete
menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya
baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku.
Akar jambu mete
berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan
sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan
untuk obat luka bakar.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tanaman jambu mete
sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu mete kekurangan sinar
matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila
dinaungi tanaman lain.
b. Suhu harian di
sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan maksimun antara
25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada
suhu harian rata-rata 27 derajat C.
c. Jambu mete paling
cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban nisbi antara 70-80%.
Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat bertoleransi pada tingkat kelembaban
60-70%.
d. Angin kurang
berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan
bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga karena serbuk sari jambu
mete pekat dan berbau sangat harum.
e. Daerah yang paling
sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang mempunyai jumlah curah
hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm).
2.2. Media Tanam
a) Jenis tanah paling
cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir, tanah lempung
berpasir, dan tanah ringan berpasir.
b) Jambu mete paling
cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi masih sesuai pada
pH antara 5,5 - 6,3.
2.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia tanaman
jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian
tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.
III. PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Budidaya jambu mete
dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara vegetatif dengan
cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan.
Biji yang akan ditanam
harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji mete untuk benih
adalah :
a) Buah mete/calon
bibit dipanen pada pertengahan musim panen.
b) Buah mete tersebut
harus sudah matang dan tidak cacat.
c) Biji mete segera
dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.
d) Biji mete dijemur
sampai kadar air 8-10%.
e) Bila dikemas dalam
kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu
antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
f) Lama penyimpanan
bibit kurang lebih 6 bulan, paling lama 8 bulan.
g) Sebelum ditanam,
benih (biji mete) harus disemai dahulu.
3.2. Pengolahan Media
Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebelum ditanami lahan
harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman jambu mete sangat toleran
terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang
subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu mete dapat tetap bisa hidup dan
berproduksi dengan baik. saat tanam jambu mete adalah awal musim hujan,
pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
3.2.2. Pembukaan lahan
Lahan yang akan
ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari dan disiapkan
sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim hujan. Batang-batang pohon
disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan airnya kurang baik
dibuatkan parit-parit drainase.
3.2.3. Pemupukan
Pemberian pupuk kandang
dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil,
pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya
dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk
atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu. Pemupukan berikutnya
dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk
kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola
dan Jarak Tanam
Pada budi daya
monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap satu ha lahan
jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jarak tanam dapat
dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tanaman yang dibutuhkan
adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan pada umur 6-10
tahun.
Untuk efisiensi lahan,
dapat diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Sebagai contoh adalah tanaman
palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete yang berasal dari
pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, bila jarak tanam jambu mete 10
x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat diterapkan di lahan datar. Di lahan miring
harus disesuaikan dengan garis kontur.
3.3.2. Pembuatan Lubang
Tanam
Cara membuat lubang
tanam:
a) Tanah digali dengan
ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat, ukuran lubang tanam
dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapat lapisan cadas, harus
ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna dan terhindar dari genangan air.
b) Pada waktu
penggalian lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arah Utara dan
Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.
d) Lubang tanam
dibiarkan terbuka kurang lebih 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang, tanah
lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yang telah
bercampur dengan pupuk kandang kurang lebih 1 pikul.
e) Di lubang tanam yang
telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudah ditemukan kembali.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dapat
dilakukan 4-6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk mengurangi keasaman
tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Bibit yang akan
ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar dijaga jangan sampai
berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.
b. Penanaman dilakukan
sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti sewaktu masih dalam
persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dan sambung, diusahakan akar
tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang diusahakan tersebar kesegala arah.
Ujung-ujungnya yang patah/rusak sebaiknya dipotong.
c. Tanah disekitar
batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat rongga-rongga udara
diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu diberi penyangga
dari bambu agar dapat tumbuh tegak.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
3.4.1. Penyiraman
Bibit yang baru ditanam
memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore
hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi
tanaman.
3.4.2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan
setalah tanaman berumur 2-3 tahun. Apabila tanaman berumur ³ 3 tahun maka
pertumbuhan tanaman sulaman umumnya kurang baik atau akan terhambat.
3.4.3. Penyiangan dan
Penggemburan
Bibit jambu mete mulai
berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam. Pembasmian gulma sebaiknya
dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang disiram setiap hari tentu semakin
padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya, akar tanaman tidak
leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di sekitar tanaman perlu
digemburkan.
3.4.4. Pemupukan
Tanaman jambu mete
dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan. Pemberian pupuk
kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit melingkar, di luar tajuk sebanyak
kurang lebih 2 blek minyak tanah (kurang lebih 20 kg). Pupuk dituangkan ke
dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan
pupuk buatan.
3.4.5. Pemangkasan
Cara pemangkasan
tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:
a) Tunas-tunas samping
pada bibit terus-menerus dipangkas sampai tinggi cabang mencapai 1 - 1,5 m dari
tanah.
b) Pilih 3 - 5 cabang
sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .
c) Pemangkasan ini
dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan
setelah tanaman berbuah.
3.4.6. Penjarangan
Penjarangan dilakukan�
bertahap pada saat tajuk tanaman saling
menutupi. Apabila jarak tanaman 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka
tajuk tanaman diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada saat
itu penjarangan mulai dilakukan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
Hama yang sering
menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun, nyamuk daun, penggerek
daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulat perusak bunga.
Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan
Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram/liter air.
a. Ulat kipat (Cricula
trisfenestrata Helf)
Pada tanaman terlihat
kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam bercak-bercak putih, kepala dan
ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya ditumbuhi rambut putih. Telurnya
berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu, fase kepompong 3-5
minggu. Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan
yang hebat, daun dapat habis sama sekali, tetapi tanaman tidak mati; tanaman
tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18 bulan. Pengendalian:
dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan dosis 1,0
- 1,5 ml/liter air.
b. Helopeltis sp.
Tubuh imago berwarna
hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawah berwarna putih. Gejala:
pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapat bercak-bercak hitam tidak
merata; daun dan ranting segera mengering dan diikuti dengan gugurnya daun.
Pengendalian: (1) melalui teknik bercocok tanam, misalnya dengan mengurangi
tanaman inang atau tanaman peneduh; (2) dengan insektisida Agroline dengan
dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.
c. Ulat penggerek
batang (Plocaederus feeeugineus L)
Gejala: mula-mula daun
berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daun akan gugur/rontok dan tanaman
dapat mati. Pengendalian: (1) dengan menangkap ulat penggerek tersebut; (2)
dengan mengolesi sekitar permukaan batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter
air).
d. Hama penggerek buah
dan biji (Nephoteryx sp.)
Gejala: buah muda yang
diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang buah tua isinya belum
penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang tepat, sebab larva instar yang
jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hama dapat diberantas secara
mekanis atau kimiawi, yaitu dengan menggunakan Karbaril 0,15%.
3.5.2. Penyakit
Penyakit yang sering
menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakit bunga dan putik, dan
Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan Fungisida Zinc Carmamate,
Captacol dan Theophanatea.
a. Penyakit layu
Penyakit ini muncul
bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air. Penyebab: jamur
Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala: bila tanaman
tiba-tiba menjadi layu. Pengendalian: (1) dengan memperbaiki lingkungan
pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air dan mengurangi naungan
yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M 45 secara teratur dan
terencana.
b. Daun layu dan kering
Penyebab: bakteri
Phytophthora solanacearum. Gejala: secara mencolok daun-daun berubah warna dari
hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabang meranggas dan tanaman akhirnya
mati; jaringan kayu pada batang yang terserang di bawah kulit berwarna hitam
atau biru tua dan berbau busuk. Pengendalian: tanaman yang terserang penyakit
ini harus dibongkar sampai ke akar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke
tanaman lain; pencegahan harus secara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian
harus bebas dari kontaminasi bakteri dan karantina tanaman dilakukan secara
konsekuen.
c. Bunga dan buah busuk
(1) Penyebab:
Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit buah
hitam dan busuk. (2) Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp, Pestalotiopsis
sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. Gejala: permukaan kulit buah & kulit
biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk. (3)
Penyebab : Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit
biji busuk dan hitam. Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2)
untuk memberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah
Dithane M-45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur
Panen
Ciri-ciri buah jambu
mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:
a) Warna kulit buah
semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.
b) Ukuran buah semu
lebih besar dari buah sejati.
c) Tekstur daging semu
lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma buahnya mirip aroma stroberi.
d) Warna kulit bijinya
menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.
Ketepatan masa panen
dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan faktor penting.
Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah
mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 hari sejak munculnya bunga.
Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan November sampai bulan
Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang mete baik, buah yang
dipetik harus telah tua.
3.6.2. Cara Panen
Sampai saat ini ada dua
cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambu mete di dunia, yaitu
cara lelesan dan cara selektif.
a) Cara lelesan
Dilakukan dengan
membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon dan jatuh sendiri atau
para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang tua berjatuhan.
b) Cara selektif
Dilakukan secara
selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak
memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu dengan galah dan
tangga berkaki tiga.
3.6.3. Prakiraan
Produksi
Banyaknya hasil panen
tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun dapat
menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat menjadi 15-20
kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih dapat
berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada
umur 25-30 tahun.
3.7. Pascapanen
Mutu kacang mete di
pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebut antara lain
dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan perlakuan serta
pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya varietas tanaman
jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia menyebabkan mutu mete yang
dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukuran gelondong, warna, rasa, maupun
rendamen kacang metenya.
3.7.1. Pengolahan
Gelondong Mete
Pengolahan gelondong
mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:
a) Pemisahan gelondong
dengan buah semu
b) Pencucian
c) Sortasi dan
pengelasan mutu
d) Pengeringan
e) Penyimpanan
3.7.2. Pengolahan
Kacang Mete
Urutan pengolahan
kacang mete adalah:
a) Pelembaban gelondong
mete
b) Penyangraian
gelondong mete
c) Pengupasan kulit
gelondong mete
d) Pelepasan kulit ari
e) Sortasi dan
pengelasan mutu
f) Pengemasan
0 komentar: