I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Manggis merupakan
tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia
Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis
lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di
Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa
Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera
Barat).
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman pohon
manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga,
Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan
Sulawesi Utara.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani
pohon manggis adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia
mangostana L.
Balai Penelitian Pohon
Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon manggis, yaitu:
a. Kelompok besar:
panjang daun>20 cm; lebar>10 cm; ketebalan kulit buah>9 mm; diameter
buah>6,5 cm; berat buah>140 gram; buah tiap tandan 1 butir.
b. Kelompok sedang:
panjang daun 17-20 cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan kulit buah 6-9 mm; diameter
buah 5,5-6,5 cm; berat buah 70-140 gram; buah tiap tandan 1-2 butir.
c. Kelompok kecil:
panjang daun>17 cm; lebar<8,5 cm; ketebalan kulit buah>6 mm; diameter
buah>5,5, cm; berat buah>70 gram; buah tiap tandan>2 butir.
Klon yang dikembangkan
adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan MBS 7.
1.4. Manfaat Tanaman
Buah manggis dapat
disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah.
Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah
dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan
bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Dalam budidaya
manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah. Angin
yang baik tidak terlalu kencang.
b) Daerah yang cocok
untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan
1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
c) Temperatur udara
yang ideal berada pada kisaran 22-32 derajat C.
2.2. Media Tanam
a. Tanah yang paling
baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan
organik.
b. Derajat keasaman
tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5-7.
c. Untuk pertumbuhan
tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang
serta air tanah berada pada kedalaman 50-200 m.
2.3. Ketinggian Tempat
Pohon manggis dapat
tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan
terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Pohon manggis dapat
diperbanyak dengan biji/bibit hasil penyambungan pucuk dan susuan. Pohon yang
ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun sedangkan yang ditanam
dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun.
3.1.1. Persyaratan
Benih
a. Perbanyakan dengan
biji untuk batang bawah
Biji yang akan
dijadikan benih diambil dari buah tua yang berisi 5-6 segmen daging buah dengan
1-2 segmen yang berbiji, tidak rusak, beratnya minimal satu gram dan daya
kecambah sedikitnya 75%. Buah diambil dari pohon yang berumur sedikitnya 10
tahun.
b. Untuk pembuatan
bibit dengan cara sambungan diperlukan batang bawah dan pucuk (entres) yang
sehat. Batang bawah adalah bibit dari biji berumur lebih dari dua tahun dengan
diameter batang 0.5 cm dan kulitnya berwarna hijau kecoklatan.
3.1.2. Penyiapan Benih
a. Perbanyakan dengan
biji untuk batang bawah
Untuk menghilangkan daging
buah, rendam buah dalam air bersih selama 1 minggu (dua hari sekali air
diganti) sehingga lendir dan jamur terbuang. Biji akan mengelupas dengan
sendirinya dan biji dicuci sampai bersih. Celupkan biji kedalam fungisida
Benlate dengan konsentrasi 3 g/L selama 2-5 menit. Keringanginkan biji di
tempat teduh selama beberapa hari sampai kadar airnya 12-14%.
b. Pucuk untuk
sambungan berupa pucuk (satu buku) yang masih berdaun muda berasal dari pohon
induk yang unggul dan sehat. Dua minggu sebelum penyambungan bagian bidang
sayatan batang bawah dan pucuk diolesi zat pengatur tumbuh Adenin/Kinetin
dengan konsentrasi 500 ppm untuk lebih memacu pertumbuhan.
3.1.3. Teknik
Penyemaian Benih
a. Perbanyakan dengan
biji dalam bedengan
Bedengan dibuat dengan
ukuran lebar 100-120 cm dengan jarak antar bedengan 60-100 cm. Tanah diolah
sedalam 30 cm, kemudian campurkan pasir, tanah dan bahan organik halus (3:2:1)
dengan merata. Persemaian diberi atap jerami/daun kelapa dengan ketinggian sisi
Timur 150-175 cm dan sisi Barat 10-125 cm. Benih ditanam di dalam lubang tanam
berukuran 10 x 10 cm dengan jarak tanam 3 x 3 cm dan jarak antar baris 5 cm
pada kedalaman 0,5-1,0 cm. Tutup benih dengan tanah dan selanjutnya bedengan
ditutup dengan karung goni basah atau jerami setebal 3 cm. Persemaian disiram
1-2 kali sehari, diberi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 2 g/tanaman setiap
bulan. Setelah berumur 1 tahun, bibit dipindahkan ke dalam polybag ukuran 20 x
30 cm berisi campuran tanah dan kompos/pupuk kandang (1:1). Bibit ini dipelihara
sampai berumur 2 tahun dan siap ditanam dilapangan/dijadikan batang bawah pada
penyambungan.
b. Penyemaian dan
pembibitan di dalam polybag berukuran 20 x 30 cm.
Satu/dua benih disemai
di dalam polybag 20 x 30 cm yang dasarnya dilubangi kecil-kecil pada kedalaman
0.5-1.0 cm. Media tanam berupa campuran tanah halus, kompos/pupuk kandang halus
dan pasir (1:1:1). Simpan polybag di bedengan yang sisinya dilingkari
papan/bilah bambu agar polybag tidak roboh. Persemaian disiram 1-2 hari sekali
dan diberi urea dan SP-36 sebanyak 2-3 g/tanaman setiap bulan. Bibit ini
dipelihara sampai berumur 2 tahun dan siap ditanam di lapangan atau dijadikan
batang bawah pada penyambungan.
c. Perbanyakan dengan
penyambungan pucuk
Adapun cara
penyambungan pucuk adalah sebagai berikut:
1. Potong bahan bawah
setinggi 15-25 cm dari pangkal leher lalu buat celah di ujung batang sepanjang
3-5 cm.
2. Runcingkan pangkal
batang atas sepanjang 3-5 cm.
3. Selipkan bagian
runcing batang atas (pucuk) ke dalam celah batang bawah.
4. Balut bidang
pertautan batang bawah dan atas dengan tali rafia. Pembalutan dimulai dari
atas, lalu ikat ujung balutan dengan kuat.
5. Tutupi hasil
sambungan dengan kantung plastik transparan dan simpan di tempat teduh. Setelah
2-3 minggu penutup dibuka dan bibit dibiarkan tumbuh selama 3-4 minggu. Balutan
dapat dilepas setelah berumur 3 bulan yaitu pada saat bibit telah bertunas.
Setelah berumur 6 bulan bibit siap dipindahtanamkan ke kebun.
6. Selama penyambungan
siram bibit secara rutin dan siangi gulma.
d. Perbanyakan dengan
penyambungan susuan
Adapun cara
penyambungan susuan adalah sebagai berikut:
1. Pilih pohon induk
yang produktif sebagai batang atas.
2. Siapkan batang bawah
di dalam polibag dan letakan di atas tempat yang lebih tinggi daripada pohon
induk.
3. Pilih satu cabang
(entres) dari pohon induk untuk bahan cabang atas. Diameter cabang lebih kecil
atau sama dengan batang bawah.
4. Sayat batang bawah
dengan kayunya kira-kira 1/3-1/2 diameter batang sepanjang 5-8 cm.
5. Sayat pula cabang
entres dengan cara yang sama.
6. Satukan bidang
sayatan kedua batang dan balut dengan tali rafia.
7. Biarkan bibit susuan
selama 5 - 6 bulan.
8. Pelihara pohon induk
dan batang bawah di dalam polibag dengan intensif.
9. Susuan berhasil jika
tumbuh tunas muda pada pucuk batang atas (entres) dan ada pembengkakan (kalus)
di tempat ikatan tali.
10. Bibit susuan yang
baru dipotong segera disimpan di tempat teduh dengan penyinaran 30% selama 3-6
bulan sampai tumbuh tunas baru. Pada saat ini bibit siap dipindahtanamkan.
3.2. Pengolahan Media
Tanam
3.2.1. Persiapan
Penetapan areal untuk
perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber
air.
3.2.2. Pembukaan Lahan
a) Membongkar tanaman
yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan
rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk
menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
3.2.3. Pengaturan Jarak
Tanam
Pada tanah yang kurang
subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih
renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara:
a) segi tiga sama kaki.
b) diagonal.
c) bujur sangkar (segi
empat).
3.2.4. Pemupukan
Bibit ditanam di musim
hujan kecuali di daerah yang beririgasi sepanjang tahun. Sebelum tanam taburkan
campuran 500 gram ZA, 250 gram SP-36 dan 200 gram KCl ke dalam lubang tanam dan
tutup dengan tanah.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang
Tanam
Buat lubang tanam
ukuran 50 x 50 cm sedalam 25 cm dan tempatkan tanah galian tanah di satu sisi.
Perdalam lubang tanam sampai 50 cm dan tempatkan tanah galian di sisi lain.
Keringanginkan lubang tanam 15-30 hari sebelum tanam. Kemudian masukkan tanah
bagian dalam (galian ke dua) dan masukkan kembali lapisan tanah atas yang telah
dicampur 20-3�
0 kg pupuk kandang.
Jarak antar lubang 8 x
10 m atau 10 x 10 m dihitung dari titik tengah lubang. Untuk lahan berlereng
perlu dibuat teras, tanggul dan saluran drainase untuk mencegah erosi.
3.3.3. Cara Penanaman
Dengan jarak tanam 10x
10 m atau 8 x 10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar. Cara menanam bibit yang
benar adalah sebagai berikut:
a. Siram bibit di dalam
polybag dengan air sampai polibag dapat dilepaskan dengan mudah.
b. Buang sebagian akar
yang terlalu panjang dengan pisau/gunting tajam.
c. Masukkan bibit ke
tengah-tengah lubang tanam, timbun dengan tanah sampai batas akar dan padatkan
tanah perlahan-lahan.
d. Siram sampai tanah
cukup lembab.
e. Beri naungan yang
terbuat dari tiang-tiang bambu beratap jerami. Jika sudah ada pepohonan di
sekitarnya, pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai pelindung alami. Pohon
pelindung harus bersifat alami dan mengubah iklim mikro, misalnya tanaman
Albisia dan Lamtoro.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
3.4.1. Penyiangan
Lakukan penyiangan
secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan
penggemburanyaitu dua kali dalam setahun.
3.4.2.
Perempalan/Pemangkasan
Ranting-ranting yang
tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu dipangkas untuk mencegah serangan
hama dan penyakit. Gunakan gunting pangkas yang bersih dan tajam untuk
menghindari infeksi dan lapisi bekas pangkasan dengan ter.
3.4.3. Pemupukan
Jenis dan dosis
pemupukan anjuran adalah:
a. Pohon berumur 6
bulan dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (3:2:1) sebanyak 200-250 gram/pohon.
b. Pohon berumur 1-3
tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700 gram SP-36 dan 900-1000 gram
KCl (3:1:2) yang diberikan dalam dua sampai tiga kali.
c. Pohon berumur 4
tahun dan seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg.pohon
ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang.
Pupuk ditaburkan di
dalam larikan/di dalam lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter
sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang sekitar 10-20 cm sedangkan
jarak antar lubang sekitar 100-150 cm.
3.4.4. Pengairan dan
Penyiraman
Tanaman yang berumur di
bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup dan terus menerus
sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali. Sedangkan pada pohon
manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman
berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara
menggenangi saluran irigasi atau disiram.
3.4.5. Pemberian Mulsa
Mulsa jerami
dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil
untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi dan mengurangi penguapan
air.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat bulu
Hama ini melubangi
daun. Pengendalian: (1) menjaga sanitasi lingkungan dan pemeliharaan tanaman
yang baik; (2) penyemprotan insektisida Bayrusil 250 EC/Cymbush 50 EC dengan
konsentrasi 0.1-0.2 %.
3.5.2. Penyakit
a. Bercak daun
Penyebab: jamur
Pestalotia sp., Gloesporium sp. dan Helminthosporium sp. Gejala: bercak pada
daun yang tidak beraturan berwarna abu-abu pada pusatnya (Pestalotia sp.),
coklat (Helminthosporium sp.) dan hitam pada sisi atas dan bawah daun
(Gloesporium sp.). Pengendalian: mengurangi kelembaban yang berasal dari
tanaman pelindung, memotong bagian yang terserang dan menyemprotkan fungisida
Bayfidan 250 EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
b. Jamur upas
Penyebab: Corticium
salmonicolor Berk.et Br. Gejala: cabang/ranting mati karena jaringan kulit
mengering. Pengendalian: memotong cabang/ranting, mengerok kulit dan kayu yang
terserang parah dan mengolesi bagian yang dipotong dengan cat, atau disemprot
dengan Derosal 60 WP 0.1-0.2 %.
c. Hawar benang
Penyebab: jamur
Marasmius scandens Mass Dennis et Reid. Gejala: miselium jamur tumbuh pada
permukaan cabang dan ranting membentuk benang putih yang dapat meluas sampai
menutupi permukaan bawah daun. Pengendalian: menjaga kebersihan dan memangkas
daun yang terserang.
d. Kanker batang
Penyebab: jamur
Botryophaerisa ribis. Gejala: warna kulit batang dan cabang berubah dan
mengeluarkan getah. Pengendalian: (1) perbaikan drainase, menjaga kebersihan
kebun, pemotongan tanaman yang sakit; (2) penyemprotan fungisida Benlate untuk
kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya.
e. Hawar rambut
Penyebab: jamur
Marasmius equicrinis Mull. Gejala: permukaan tanaman manggis ditutupi bentuk
serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekor kuda. Pengendalian: sama
dengan kanker batang.
f. Busuk buah
Penyebab: jamur
Botryodiplodia theobromae Penz. Gejala: diawali dengan dengan membusuknya
pangkal buah dan meluas ke seluruh bagian buah sehingga kulit buah menjadi
suram. Pengendalian: sama dengan kanker batang.
g. Busuk akar
Penyebab: jamur Fomes
noxious Corner. Gejala: akar busuk dan berwarna coklat. Pengendalian: sama
dengan kanker batang.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur
Panen
Tingkat kematangan
sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Buah dipanen setelah
berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen dan ciri fisik manggis
siap panen dapat dilihat berikut ini :
a) Panen 104 hari: warna
kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
b) Panen 106 hari:
warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
c) Panen 108 hari:
warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
d) Panen 110 hari:
warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
e) Panen 114 hari:
warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.
Untuk konsumsi lokal,
buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM.
3.6.2. Cara Panen
Pemanenan dilakukan
dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau
tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga
bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya.
Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya
dapat lebih dari 25 tahun.
3.6.3. Periode Panen
Pohon manggis di
Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun berikutnya.
3.6.4. Perkiraan
Produksi
Produksi panen pertama
hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1.000
buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang
dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000
buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir
atau sekitar 20 ton buah.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Buah dikumpulkan di
dalam wadah dan ditempatkan di lokasi yang teduh dan nyaman.
3.7.2. Penyortiran dan
Penggolongan
Tempatkan buah yang
baik dengan yang rusak dan yang busuk dalam wadah yang berbeda. Lakukan
penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dari Balai Penelitian
Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang dan kecil.
3.7.3. Penyimpanan
Pada ruangan dengan
temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada
9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.
.
0 komentar: